23 Desember 2010

ETALASE KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM

Geliat aktivis Dakwah baik dikampus, sampai gerakan dakwah nasional dan internasional semakin meyakinkan kita dengan satu hal. Bahwa kebangkitan adalah keniscayaan. Fitrah Islam sejak di sempurnakan oleh Allah adalah kemenangan. Bahwa Allah swt telahpun berjanji kelak akan menjadikan kaum muslimin sebagai sang pemimpin peradaban. Berdiri gagah diatas puing-puing peradaban kejahiliaan. Tak sedikitpun ada raut kesombongan dalam kemenagan itu. Karena mereka meyakini bahwa kemenangan adalah pemberian Allah Azza Wajallah… sang pemilik segala sesuatu. Allah swt berfirman mengenai kado peradaban itu di dalam Al-Qur’an

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur: 55)

Alam semesta menjadi saksi bisu tentang sebuah kerinduan yang terpendam sejak berabad-abad, sebuah mimpi yang terwariskan dari generasi ke generasi melalui ikatan mata rantai kenabian. Bahwa keberkahan dari langit dan bumi hanya akan terjadi ketika penduduk suatu Negeri! Beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Setiap saat ketika keheningan malam menyelimuti bumi terlihat alam semesta yang tetap hidup dan bertasbih kepad Tuhan-nya… tiada pernah letih dan mengeluh dalam pendaman rindu “adakah kiranya generasi itu kembali,” ya! Generasi yang dalam kurun waktu dahulu pernah memakmurkan bumi dengan cahaya keimanan yang membentang dari cordoba (sepanyol, Portugal) sampai ke asia tenggara (Indonesia), mewarnai tiga benua Eropa, Asia, dan Afrika. Saat itu adalah pertama kalinya konsepsi Islam merealitas ke dunia. Sebuah idealisme kehidupan yang benar-benar hidup di belantara peradaban. Yang mebuat Imperium Romawi dan Persia menggulung tikar teritorialnya dari muka bumi.

Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Fath: 21)

Suatu tanggung jawab sejarah bagi generasi hari ini untuk kembali membebaskan daerah-daerah penakhlukkan, lalu melanjutkan pembebasan negeri-negeri lain yang belum tersentuh. Janji Allah swt dalam surat Al-fath bukanlah sebuah utophia melainkan sebuah panggilan tegas dari Rabb bahwa pemuda muslim sangat sia-sia hidupnya jika mereka mengabaikan panggilan kemuliaan ini sebagai mana panggilan kemuliaan yang pernah ditolak mentah-mentah oleh bani Israel kepada Musa as saat Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewarisi palestina, sebagaimana disitir dalam selentingan ayat Al-Qur’an:

Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." (QS. Al-Maidah: 24)

Berbeda sekali dengan seorang Muhammad Al-Fatih yang saat mendengar sabda Rasulullah saw tentang pembebasan konstantinopel

Konstantinopel akan ditaklukkan ditangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah poemimpin yang membebaskannya & sebaik baik tentara adalah tentaranya (HR. Ahmad)

Yang langsung disambut olehnya dengan belajar ilmu keislaman dan kemiliteran, dan diikuti dengan seringnya ia berdoa kepada Allah dengan penuh harapan dan usaha “Ya Allah berikan aku kesempatan, jika bukan menjadi pemimpinnya maka jadikanlah aku sebagai perajuritnya yang setia” Allhuakhbar dikisahkan saat penakhlukkan Muhammad Al-Fatih bersama prajuritnya mengangkat kapal-kapal perang mereka yang berisi amunisi-amunisi untuk melintasi sebuah gunung besar dalam waktu 1 malam, hal ini dikarenakan sulitnya menembus blockade lautan Konstantin yang di halangi oleh rantai besar. Hingga akhirnya mereka menyerang dari dua arah yaitu laut dan darat sampai kemudian konstantinpun di takhlukkan.

Pemuda hari ini harus belajar banyak mengenai sejarah agar tidak menjadi generasi yang lupa, yah generasi yang melupakan tanggung jawab sejarah pembebasan manusia dari kejahiliaan menuju cahaya yang terang (Islam). Berkaca pada Rasulullah saw dan sahabat saat mereka membebaskan madinah dengan mendirikan daulah islamiyah, menerapkan syariatnya, dan melakukan pembebasan-pembebasan. Rasulullah saw dalam 10 tahun pertama kenabian, beliau melakukan persatuan nilai-nilai akidah dan ibadah dalam jiwa-jiwa individu muslim sehingga mereka siap untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah swt. Lalu kemudian pada 10 tahun kedua Rasulullah saw membangun daulah islamiyah dengan satu persatu perangkat-perangkat kenegaraan sehingga memberikan perlindungan bagi tumbuh besarnya masyarakat islam tanpa intervensi kejahiliaan. Baru setelah itu melakukan ekspansi-ekspansi dakwah mulai dari penakhlukkan mekkah, lalu Persia, Romawi hingga menguasai 3 benua [asia, eropa, afrika].

Belajar dari siroh nabawi, Konsep perubahan dalam islam harus melalui tiga tahapan besar:

  1. Tahapan Instalasi syahadatain dalam system kemanusiaan (Individu, keluarga, masyarakat) menuju masyarakat Robbani. Hasilnya akan melahirkan sebuah komunitas baru yang benar-benar berbeda dengan komunitas disekelilingnya, letak perbedaan itu adalah ideologi yang menjadi perinsip hidupnya. Komunitas baru ini tidak menutup diri dari lingkungannya, melainkan menjadi cahaya yang menerangi lingkungannya, ini dikarenakan mereka senantiasa menyeru kepada kebenaran dan mencegah dari pada kemungkaran. Komunitas ini diberi nama oleh Allah swt dengan sebutan rabbani.
  2. Tahapan konstiusi dan Negara, masyarakat rabbani tidak akan lestari jika berada dalam kepemimpinan jahiliah. Masyarakat rabbani memiliki aturan (konstitusi) kehidupannya sendiri yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan konstitusi jahiliah. Masyarakat Rabbani dalam pengertian tafsir At-Thabari adalah manusia-manusia yang memahami Islam dan menguasai ilmu agama yang dengannya ia memiliki perhatian terhadap urusan kemanusiaan (sense of politik), dan memasukkan Islam kedalam ruh manajemen Negara yang selalu menjalankan urusan rakyat dan segala hal yang membawa kemaslahatan bagi mereka, baik dalam kehidupan dunia mereka apalagi kehidupan beragama. Sehingga masyarakat rabbani membutuhkan Negara yang rabbani.
  3. Tahapan benturan peradaban, menjadi keniscayaan bahwa pertarungan Al-Haq dan Al-Batil akan terus terjadi sebagai sebuah pertarungan yang abadi selama dunia ini ada. Kemunculan generasi robbani dalam bentuk konstitusi dan negaranya merupakan ancaman bagi para pengusung kejahiliaan. Karena kehadiran generasi robbani di pentas kehidupan bukanlah hanya bermanfaat bagi komunitas manusia muslim saja, akan tetapi untuk seluruh dunia. Islam pada akhirnya harus memakmurkan bumi. Penakhlukkan-penakhlukkan menjadi budaya bagi dakwah islam, penakhlukkan bukan berarti pembunuhan, penjarahan, penindasan, ataupun keburukan sejenisnya, akan tetapi penakhlukkan dalam islam berkonotasi kepada pembebasan ummat manusia dari belenggu kejahiliaan dan memperluas wilayah untuk melakukan kebaikan.

Demikian lah bahwa seluruh peristiwa yang menyejarah dalam peradaban Islam adalah merupakan etalase kebangkitan islam yang seharusnya tidak hanya penjadi tontonan yang melahirkan kebanggaan lalu berhenti kepada kepuasan utopia semata. Melainkan harus bertransformasi kedalam realitas perjuangan yang tak mengenal batas akhir. Rindu kiranya hati ini kepada sosok bersahaja penuh kualitas seperti Khalifah Umar bin khattab yang melakukan ronda tengah malam hanya untuk menyaksikan keadaan masyarakatnya yang dia khawatirkan berada dalam kesulitan, sosok Khalifah abu bakar assiddiq mengenai penerapan hukum-hukum islam, sosok khalifah umar bin abdul aziz dalam meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin yang sebelum kepemimpinannya kaum muslimin banyak menjadi pengemis lalu dalam tahun pertama kepemimpinannya orang yang tadinya peminta-minta menjadi pemberi-pemberi sedekah, bahkah seluruh budak dimerdekakan. Allahuakhbar! Menulis semua manusia-manusia unik itu tidak akan cukup dengan lembaran catatan ini. Mereka para generasi awal (salafusshaleh) merupakan contoh hidup yang telah mewarnai etalase kebangkitan Islam. Ini sudah cukup sebagai bukti bahwa kaum muslimin hari ini benar-benar behutang! Yah sebuah tanggung jawab sejarah yang harus dibayar, yaitu melanjutkan risalah kenabian. Melakukan pembebasan-pembebasan mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, Negara, peradaban, hingga akhirnya Islam menjadi ustadziyatun lil’alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam). Tidak hanya manusia yang akan merasakan kehadirannya, akan tetapi seluruh alam semesta. Wallahu ‘alam bisshowab.


Oleh:

Andi Yakub Abdullah

16 Desember 2010

Menyikapi perbedaan Gerakan Dakwah

Suatu saat DR. Aidh Al Qarni dalam sebuah tauji singkat disebuah hotel di Jakarta saat mengadakan kunjungan ke Indonesia beliau mengatakan “saya pernah berkunjung ke Eropa, saya melihat kehidupan sosial mereka disana ternyata mereka sangat berpecah belah, namun kemudian dalam hal memerangi Islam mereka bersatu padu.”

Saudraku tahukah kalian sesungguhnya salah satu akibat terbesar dari keruntuhan peradaban Islam itu sendiri adalah perpecahan dikalangan ummatnya, saling su’uzhon, salaing menyiku, saling merasa diri yang paling pantas, dan akhirnya perjuangan untuk merekonstruksi peradaban islam itu tampak seperti buih dilautan, dalam waktu-waktu tertentu ia terlihat banyak, dan dalam sekejap pula ia menghilang, sungguh pemandangan yang miris untuk disimpan dihati.

Pernahkah kita berfikir bahwa kita dapat bekerja sama dalam beberapa hal yang kita sepakati dan saling toleransi dengan perbedaan yang ada diantara kita??? Selama perbedaan tersebut tidak mengeluarkan kita dari Islam.

Karena sesungguhnya kita akan lebih kuat berjalan bersama dibandingkan dengan mengikuti prinsip perpecahan yang merupakan bid’ah yang terbesar yang jelas keburukannya dan tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah, bahkan itu merupakan sesuatu yang di haramkan.

Saudaraku...koordinasi diantara wajihah-wajihah da’wah dirasakan perlu untuk membangun sebuah tatanan yang madani sebagai cita-cita besar lahirnya gerakan da’wah. Mari kita berkaca pada sejarah, bahwa Rasullullah sewaktu membangun pondasi awal daulah islam di madinah (yatsrib), hal yang pertama kali beliau lakukan untuk melangkah lebih jauh adalah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, karena Rasullullah dan para sahabat menyadari bahwa sesungguhnya mustahil kita membangun sebuah peradaban tanpa adanya ukhuwah diantara masyarakat islam.

Saudaraku...inilah yang disinggung oleh seorang Imam Syahid Hasan Al-Bana pada saat ia mengatakan bahwa negeri islam adalah setiap tanah yang diatasnya terdapat manusia yang mengatakan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul utusan Allah. Oleh karenanya ketika mereka terzholimi maka kita wajib membelanya sesuai dengan kemampuan kita. Sehingga definisi ukhuwah islamiyah yang sesungguhnya itu sangat luas, tidak terbatas pada sebuah wilayah atau teritorial, tidak terbatas pada sebuah suku, warna kulit, apalagi kelompok (organisasi).

Saudaraku organisasi merupakan alat dan sarana kita dalam berda’wah, sehingga setiap alat dan sarana da’wah itu pastilah berbeda antara satu dan lainnya, perbedaan itu lahir untuk saling dikoordinasikan bukan untuk membuat perpecahan, karena dalam hati nurani kita mengakui bahwa pada setiap organisasi da’wah itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Saling melengkapi dan saling menyempurnakan merupakan bentuk ukhuwah islamiyah yang mulia.

Pendidikan terhadap ummat dengan ajaran islam yang benar merupakan batu pondasi, pembentukan kaidah-kaidah dasar bangunan masyarakat dunia. Jangan lupa bahwa kekuatan ummat islam ada pada persatuan dan kesatuannya. Kelemahannya adalah pada berceraiberainya mereka, dan alangkah senangnya musuh Islam jika kita terus-menerus bercerai berai.

Wahai saudaraku... eratkanlah ukhuwah diantara kita semua, kuatkanlah hubungan kita dengan saudara-saudara kita lainnya. Jangan saling menjatuhkan. Ketahuilah dengan sungguh-sungguh bahwa Allah bersama kalian dan tidak akan menyia-nyiakan segala amal dan kerja kalian.

Oleh Andi Yakub Abdullah (2008)

09 Desember 2010

Amal Jama'i Budaya Kemenangan

AMAL JAMA'I BUDAYA KEMENANGAN

“Baik dalam Risalah Kenabian, Imperium Dunia, sampai kepada Perilaku Unik Prajurit-Prajurit Lebah.”

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS.At-Taubah [9]: 105)

Kata bekerja di dalam Al-Qur’an mengantarkan alur pikir kita pada sebuah kebenaran bahwa Islam bukanlah sekedar sebuah konsepsi akan tetapi aplikatif, bukan sekedar idealitas yang berujung pada utopia seperti teori tentang Atlantis akan tetapi harus merealitas di alam nyata sebagai mana sejarah telah mencatat bagaimana bumi telah dimakmurkan oleh Kerja-Kerja generasi Robbani (Khilafah Islamiah) yang telah mengislamisasi 1/3 belahan bumi meliputi Asia, Eropa, dan Afrika selama 14 abad lamanya. Mereka menyemai Islam bukan dengan bekerja serampangan, akan tetapi sebuah pekerjaan yang mempertemukan antara manajemen manusia dengan petunjuk Tuhan! Seperti kalimat yang diungkapkan oleh Anis Matta bahwa mereka adalah “akal-akal raksasa yang tercerahkan oleh wahyu.”

Dalam terminologi “bekerja,” kita mengenal Istilah amal Jama’i/team work, yang secara sederhana berati sekelompok orang terdiri atas ketua dan anggota yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Amal jama’i tidak hanya berdefinisi sebagai sebuah kelompok kecil, akan tetapi bisa juga diartikan dalam kelompok yang lebih besar seperti pengelolaan daerah, pulau, negara, bahkan dunia.

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS. As-Shaff [61]: 4)

Dalam lingkup gerakan mahasiswa baik kiri ataupun kanan, memerlukan segala potensi SDM dengan beragam potensi, bakat, dan kecenderungan. Kesemuanya itu harus diaduk dengan baik dalam wadah amal jama’i, pas

takarannya dan sesuai dengan tuntunan resep, agar menghasilkan kue gerakan yang lezat. Oleh karena itu kemampuan membangun, merangkum, dan menyalurkan potensi secara tepat sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas amal jama’i sebuah gerakan.

Dalam konteks gerakan dakwah, kita mengenal istilah “terorganisir” yah sebagaimana khulafaurrasyidin ke empat Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa “kebatilan yang terorganisir mampu mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir,” dalam organisasi gerakan dakwah “terorganisir” adalah kata kunci sukses sebuah amal’jama’i sebagai mana firman Allah:

Allah swt mengumpamakan dakwah yang dicintainya adalah dakwah yang di emban secara terorganisir dalam “barisan yang teratur” sabagaimana kekokohan suatu bangunan akibat dari keteraturan elemen-elemen yang menyusunnya.

Allah swt tidak meridhoi dakwah yang tidak teratur, sebagaimana Allah mengutuk Bani Israil, dalam sejarah Nabi Musa As saat membimbing bani israil. Allah mengutuk bani israil karena tidak melakukan amal jama’i, coba perhatikan firman Allah swt berikut:

Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci (Palestina) yang Telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), Maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah Perkasa, Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya". Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah Telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, Karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya kami Hanya duduk menanti disini saja". Berkata Musa: "Ya Tuhanku, Aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". Allah berfirman: "(Jika demikian), Maka Sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS. Al-Maidah [5]: 21-26)


Dikisahkan ketika Nabi Musa berjalan bersama kaumnya menuju Baitul Maqdis (palestina). Mereka diperintahkan untuk memasukinya dan memerangi siapa pun yang ada didalamnya serta berusaha menguasai tempat itu. Tapi mereka malah takut karena di Baitul Maqdis ada kaum Amalek yang posturnya besar-besar. Padahal mereka ada dibawah pimpinan Musa yang perkasa, yang telah diberikan Allah banyak Mukjizat.

Sebenarnya kalau mereka masuk, mereka pasti menang, karena negeri itu telah dijanjikan bagi mereka. Tapi yang sadar Cuma dua orang. Selebihnya malah menyakiti hati nabi dengan mengatakan, “Pergilah kamu berperang dengan Tuhanmu, kami menunggu saja”. Atau bahasa lainnya, “Ntar kalo udah menang, kabar-kabari ya…. Hmmm Busyeet. Karena kekafiran mereka ini, Allah menyesatkan mereka selama 40 tahun berputar-putar di Padang Thif.

Berbicara mengenai amal jama’i dalam konteks yang lebih luas terkait sejarah pergiliran kemenagan dan kekalahan Imperium besar yang pernah mewarnai dunia di zamannya. Amal jama’i adalah sebuah alat/sarana, didalam alat/sarana tersebut terdapat substansi yang diperjuangkan bernama Ideologi, ideologi inilah yang akan mewarnai konsep manajemen yang diterapkan dalam amal jama’i tersebut. Imperium Romawi dan Persia adalah salah satu kemasan monarki yang telah banyak melakukan penahlukan-penahlukan dengan menggunakan amal jamai. Tata struktur pemerintahan yang terdiri atas raja (sebagai pemimpin tertinggi), senat (sebagai penasihat raja), dan rakyat (sebagai obejek manajemen) adalah bentuk kesungguhan mereka dalam beramal jama’i. sehingga sejarah pun telah mencatat kisah-kisah heroik mereka saat menahlukkan seluruh benua Eropa oleh Kaisar Romawi dan benua Asia oleh Kisra Persia.


Kisah-kisah penahlukan selalu diwarnai dengan benturan Ideologi yang saling ingin menguasi dengan bermacam kepentingan sesuai prinsip hidup masing-masing imperium. Kekalahan Romawi dan Persia dalam rentang waktu yang berdekatan oleh sang adidaya baru (Islam) adalah bentuk benturan ideologi yang berakhir pada kemenangan salah satu dari mereka (islam, Romawi, dan Persia) yang akhirnya demenangkan oleh Islam. Secara karakter manajemen, baik Imperium Romawi, Persia, & Islam masing-masing menerapkan amal jama’i dalam kerja-kerja penahlukan mereka. Namun yang membedakannya adalah substansi yang menjadi ideologi mereka yang berbeda. Romawi dengan ideologi blasteran yunani dan nasraninya yang dikemas dalam bentuk monarki, Persia dengan ideologi majusinya yang juga dalam kemasan monarki, sedangkan Islam dengan ideologi Tauhid dengan kemasan khilafah (kepemimpinan ummat). Islam berhasil menahlukkan Romawi dan Persia karena Islam mempertemukan amal jama’i dengan petunjuk Allah swt _menyatukan antra Agama dan pengelolaan Negara, sedangkan Romawi meletakkan amal jama’i dengan mendikotomikan antara Agama dan Negara, terlebih parah lagi adalah Persia menggabungkan amal jama’i dengan petunjuk Syaithan_penyembahan berhala (Api).

Sebenarnya amal jama’i tidak hanya dilakukan oleh manusia, akan tetapi pada kehidupan binatang, Allah swt dengan kekuasaan-Nya memberikan Ilham kepada mahluk yang dikehendaki-Nya untuk melakukan kerja dengan keteraturan amal jama’i.


Coba perhatikan perilaku lebah, bagaimana mereka membangun istananya diatas pohon, dengan struktur pengorganisasian dengan hierarki Ratu, prejurit/pekerja (lebah pencari makanan, pembuat madu, pembangun sarang, dan penjaga sarang). Mereka sangat terorganisir sehingga dalam masa hidup mereka yang hanya ± 6 bulan, mereka bisa menghasilkan Madu tidak hanya bermanfaat bagi Negara lebah, akan tetapi bermanfaat besar bagi mahluk hidup lainnya terlebih manusia. Tidak hanya itu budaya amal jama’i yang diterapkan lebah adalah Al Qiyadah wal Jundiyah. Sang ratu memberikan perintahnya dengan bijak dan seksama. Kemudian beribu ekor lebah berpencar menyelesaikan tugasnya masing-masing tanpa banyak pertanyaan dan pertengkaran siapa yang harus mengerjakan ini dan itu, seakan-akan seperti dikendalikan dengan remote control mereka membagi tugas masing-masing. Melesat cepat dan bergegas sebelum hari mulai sore. Ibarat prajurit yang sedang bertempur, mereka menyusun strategi dan persiapan. Subahanallah Allah berfirman dalam surat cintanya:

“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An Nahl [16]: 68-69)

Demikianlah bahwah amal jama’i merupakan budaya kemenangan. Siapapun yang menerapkannya, maka akan mencapai kesuksesan yang sempurna sesuai dengan tunjuan amalnya. Baik dalam Risalah Kenabian, Imperium dunia, sampai kepada perilaku unik prajurit-prajurit lebah.

Aktivis dakwah harusnya menyadari hal ini. Melakukannya dalam tiap kerja-kerja dakwahnya sehingga keberkahan Allah selalu menyertai cita-cita luhur tentang CINTA pada-Nya. Cinta Khalid ibd Walid saat menahlukkan Romawi dan Persia, Cinta Salahuddin Al-Ayyubi saat membebaskan Al-Quds, Cinta Muhammad Al-Fatih saat membebaskan Konstantinopel, dan kini giliran kita apa bukti Cinta kita? Dengan amal jama’i apa yang telah kita tahlukkan? Bangkit saudaraku! Dengan amal jama’i kita giring diri dan ummat ini menuju Dunia BARU! Dimana Islam menjadi rahmat bagi semesta Alam… wallahu a’lam bisshowab.


Oleh:

Andi Yakub Abdullah

Dalam Publikasi Humas KAMMDA Makassar [www.kammi-makassar.blogspot.com]