08 Mei 2011

lingkaran kecil, penuh keajaiban

Aku berkenalan dengannya waktu SMA, namun setelah berkenalan aku melupakannya begitu saja, nyaris tanpa bekas, tanpa jejak,,,

Dan takdir Allah pun mempertemukanku kembali dengannya dengan perantara teman kelas dan senior kampus. ku mulai mengakrabinya,,semakin dalam aku mengenalnya, semakin diri ini tak bisa meninggalkannya,,sepertinya antara aku dan dia ada sebuah simpul mati yang tak mudah lepas. Ku yakin, tangan Allah-lah yang mengikat simpul ini.

Entahlah apa nama yang tepat untuknya, dia datang padaku atas nama tarbiyah, halaqah, liqo, mentoring, dan ah, entahlah, mungkin dia punya nama yang lain lagi. Yang ku tahu aku selalu berada dalam sebuah lingkaran kecil bersama dengan mereka yang juga tersimpul oleh sebuah ikatan yang setahuku bernama “ukhuwah”.

Lingkaran kecil itu memberikan banyak hal dalam hidup kami. Lewat lingkaran kecil itu, kami mengenal islam lebih dekat, lebih nyata (hehe,,kayak iklan jadinya). Banyak hal yang terjadi dalam lingkaran kecil itu. Mulai dari hal serius sampai hal yang paling remeh-temeh sekalipun. Mulai dari ngaji, diskusi, kajian, sampai curhat2an. Curhatnya pun dari hal yang penting sampai hal yang paling tak bermutu sekalipun. Mulai dari masalah keluargalah, masalah akademiklah,masalah perasaanlah (upzt!!!), sakit gigi lah, bahkan sampai tikus rumah yang makin merajalela di rumah pun bisa jadi topik yang menarik..

Dalam lingkaran kecil itu akan ada bahagia, canda, tawa, haru, sedih, dan air mata. Namun, hal terindah yang ia berikan adalah ilmu. Ah, jadi teringat pesan kekasih kita, Rasulullah …”Ilmu itu fardhu bagi setiap muslim”, ku berharap dapat membuktikan diri sebagai ummatnya dengan menuntut ilmu yang ia wasiatkan itu,,

Oh ya, ada lagi hal manis yang ada dalam “lingkaran kecil” itu.Ya, ukhuwah! Ia begitu indah, meski tak jarang ia teruji dalam bentuk yang berupa-rupa. Kau akan merasakan ukhuwah itu dengan melihat wajah saudaramu yang datang dengan beragam ekspresi. Saudaramu yang kadang datang dengan penuh senyum, kadang datang dengan wajah berseri, kadang datang dengan senyum kecut, wajah ditekuk, namun yang terparah adalah wajah yang datar tanpa ekspresi (hehe). Dan merekapun hadir mewarnai hidup dengan sejuta karakter. Dia yang pendiam, dia yang pemalu, dia yang keras tegas namun perhatian, dia yang penuh kelakar, dia yang begitu cerdas, dia yang berwibawa, dia yang dan dia yang,,, ,,jadi teringat manusia-manusia hebat pendamping Rasulullah. Umar yang keras, Ali yang ceria, Utsman yang pemalu, Abu Bakar yang Dermawan,,. Meskipun kami tak sedikitpun sebanding dengan mereka,,,begitu jauh…

Meminjam kalimat ustad Salim yang kira2 bunyinya gini : “kaidah tarbiyah itu jelas, jika kalian tak berada di dalamnya, kalian tak akan bersama siapa2, dan akan slalu ada yang mengisi lingkarn itu”

Jadi jika kita keluar dari lingkaran itu, yakinlah akan ada orang lain yang menggantikan tempat duduk kita, tempat itu tak akan kosong, selama masih ada mereka yang merindukan cahaya islam bersinar terang di muka bumi.

Untuk mereka yang sudah akrab dengannya,tetaplah di dalamya. Biarkan simpul Allah mengikat kita di dalamnya (Aamiin),,dan untuk yang baru berkenalan dengannya, janganlah berniat untuk meninggalkannya. Jika sepekan kalian tak tahan, cobalah sebulan, jika sebulan pun kau rasa tak sanggup, cobalah setahun, sepuluh tahun, bahkan sampai umur memaksamu untuk berhenti, karena ilmu Allah tak akan ada habisnya,banyak hal yang tidak kita ketahui, banyak hal yang tidak kita pahami bahkan jika kita belajar seumur hidup..dan,,,masih banyak amal baik yang belum pernah terjamah oleh tangan kita,,,,maka belajarlah, bekerjalah,,,

Keep spirit ini this way,,

By Ruris Haristiani

Notes: Ruris Haristiani adalah Aktivis KAMMI komisariat Stikes NHM, Mahasiswi Asal Maros sulawesi selatan ini telah merasakan manisnya tarbiyah sejak SMA, Semoga keistiqomahannya dijalan Cinta ini menjadi spririt bagi kita "Keep spirit in This way" Allahuakhbar!



13 April 2011

ANTARA AKU,DIA,DAN VIRUS

“Hey kamu..!!! Tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara lantang yang sentak mengheningkan suasana diruangan itu, semua mata tertuju padanya tuk memastikan siapa sebenarnya yang dipanggilnya, ”Saya bu’..? diantara kerumunan mahasiswa yang berdesak-desakan, kuajukan diri, karna memang aku merasa bahwa tatapan tersebut tertuju padaku. “ Yaah kamu yang berjilbab, kemari !!! sekali lagi dia berteriak , namun kali ini teriakannya lebih kencang dari sebelumnya, Dia memanggilku dengan tatapan sinis penuh kebencian,:”Ouwh..kamu membangkang juga ya?ini adalah peringatan saya untuk kesekian kalinya, Apa perlu saya seret kamu kehadapan direktur yayasan,agar kamu mau mendengar? Jangan sekali-kali kamu mencoba untuk menjadi virus bagi mahasiswa yang lain, Camkan itu!!!” Tanpa memberikanku kesempatan untuk membela diri,dia berlalu begitu saja meninggalkanku yang sedari tadi hanya bisa diam tak berkutik. Namun kata-kata terakhir yang diucapkannya bahwa Aku virus ??sehina itukah diriku dihadapannya? Astaghfirullahul’azhim..tegarkan hamba”

***

Aku geram, entah ingin kuluapkan amarah kepada siapa,setelah mendengarkan cerita dari ukhti nanda akan kejadian yang dialaminya siang tadi, hati ini miris,sangat sakit, serasa puluhan belati beracun menikam tepat sasaran kejantung ulu hatiku, aku menangis. Mengapa harus kami yang selalu mendapatkan perlakuan seperti ini, mengapa musti kami.? Apa karena kami memakai rok berbalutkan jilbab yang kami anggap aman untuk menutupi aurat kami, ataukah karena kami mahasiswa program diploma yang mana pakaian seragam ditentukan oleh peraturan institusi berbeda dengan mahasiswa yang memilih program s1, Apa bedanya kami dengan mahasiswa yang lain, bukankah pada saat orientasi maba (mahasiswa baru) kami selalu diperingatkan untuk senantiasa berpakaian sopan dan tidak ketat, sungguh..kata-kata mereka yang terucap tak senada dengan mataku yang mengungkap. Kenapa ??? entah sampai kapan mereka sudi meluangkan waktu untuk menjawab dan menjelaskannya.

“Sabar ukht..!” kucoba untuk menenangkan ukhti nanda yang sedari tadi menangis tak henti-hentinya. “InsyaAllah..yakin dan percaya janji Allah itu pasti, mungkin harus dengan keadaan seperti ini skenario yang harus kita jalani, toh..lama kelamaan mereka juga akan bosan, “ sedikit kuselipkan gurauan, diapun tersenyum.

***

Dia , adalah gadis jilbaber yang kukenal beberapa bulan terakhir ini, kami seangkatan, namun berbeda jurusan, kami selalu dipertemukan disetiap kegiatan-kegiatan lembaga dakwah kampus yang menjadikan kami sudah sangat akrab layaknya saudara. Banyak hal yang kukagumi darinya, lembut tutur suaranya, tata krama serta tindak tanduk pergaulannya, jiwa juangnya dalam mempertahankan keistiqomahannya, serta ketegarannya dalam menghadapi kecaman dari mahkamah institusi. Subhanallah..jarang kutemui gadis sepertinya.

Sedangkan aku.., aku yang terlahir ditengah keluarga pesantren, nyantri selama 6 tahun disebuah pondok penghafalan Qur’an, balaghoh,mustholah hadist,ulumul qur’an,tafsir dan ushul fiqh adalah beberapa pelajaran yang hampir tiap hari kutemui, belum lagi pengabdianku setahun mengajar santriwati. 7 tahun bukan waktu yang singkat,namun berlalu begitu saja tanpa ada perubahan attitude dalam diriku, yahh.. begitu-begitu saja dan saat ini hanya menyisakan penyesalan yang tak berujung dalam kehidupanku. Andai saat itu kumanfaatkan waktu,kesempatan yang ada, memaximalkan setiap potensi serta pelajaran dengan sebaik-baiknya tidak akan seperti ini akhirnya, hemm.. tapi pada dasarnya kutak perlu dan tidak ada guna untuk berandai-andai, karena seribu andaianpun takkan pernah cukup untuk membuktikan satu fakta.

Namun satu hal yang pasti,sungguh aku salut terhadapnya, bersahabat dengannya memberikan motivasi tersendiri dalam menjalani keseharianku, selalu ada kesejukan disetiap kata yang terlontar dari ucapannya, tak dapat kupungkiri bahwa perubahanku selama ini adalah berkat bantuannya, Jazakillah ukhty...

***

Pada hari Rabu, 23 februari 2011 Kusambut mentari pagi dengan pasti, dengan ketentuan ini, atas garis keputusan ini, kumulai untuk berpikir lebih dini,. Aku berani mengambil keputusan ini meski masih dibayang-bayangi kekhawatiran akan kecaman institusi, tetapi aku tidak bisa berdiam diri begitu saja menyaksikan saudariku diperlakukan seperti ini, lebih baik aku memilih tantangan ini untuk menjadi seorang pemenang, daripada memilih merasa aman dan nyaman menjadi seorang pecundang, kami akan berjuang bersama..yahh berjuang bersama.
Kumantapkan langkah kaki menuju kampus,melewati parkiran, menyusuri koridor-koridornya, end then masuk keruangan,namun sejak kumasuki ruangan kumerasa ada tatapan sepasang bola mata yang sedari tadi memperhatikanku,melihat perubahan kostum yang kukenakan hari ini, tiba-tiba dia nyeletuk :”Ciee..cieehh..ada yang insaf niyee!!! Emangnya gak takut jeng dicap sebagai virus kampus??? “ kata-kata ketusnya menggemaskan kepalan tanganku saja, “Astaghfirullah..!” kuberusaha menenangkan diri. “VIRUS..??? hahah..I PROUD BE VIRUS..,setidaknya sebagai virus yang akan menggeroroti kebatilan yang membudidaya ini. Insyaallah ..i will do it.” Gumamku lirih dalam hati.

“Allohumma arinal haqqo haqqo, warzuqnattibaa’ah, wa arinal baathila baathila, warzuqnattinaabah”, (Yaa Rabb..tunjukkanlah bahwa yang benar itu adalah benar, dan berilah kami kesanggupan untuk senantiasa mengikutinya, dan tunjukkanlah bahwa yang salah itu adalah salah dan berilah kami kesanggupan untuk menjauhinya) amiinnn...


By Khaerunnisa El Said

Profile: Kharunnisa El Said, adalah Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) An-Nahl STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan ini adalah alumnus Pesanteren di Bone. Keinginannya untuk mendalami Ilmu Kebidanan Membuatnya harus ekspansi keluar dari Confort Zone (Pesantren) menuju dunia Luar yang sangat Asing. Dunia dimana kampusnya tidak mengizinkannya untuk berbusana musllimah yang syar'i... Semoga kelak ALLAH kelak merubah kampus tersebut menjadi Islami melalui aktivitas aktivis Dakwah disana Amien.. *Notes: Tulisan ini pemenang 3 Lomba Cerpen BEM STIKES NHM 2011

10 April 2011

Ada Mimpi di BTP Blok J…

Ku inkubasi mimpi-mimpi ini. Arghhhh….!!! Aku pusing…otakku pusing, mungkin seperti gasing yang tak henti berputar. Mengejar mimpi menjadi perawat membuatku kepayahan. Bagaimana mungkin, hanya demi menjadi “suster”, aku rela membiarkan kulit ini lembab di tahanan suci ini?

BTP blok J, tempat yang baru empat hari aku tinggali. Rumah ini minimalis, asal kau tahu saja kawan, rumah-rumah tipe minimalis di kota adalah tidak lebih dari rumah kecil dengan luas pas-pasan. Keadaannya lembab lantaran jendela-jendela hanya dijadikan pemanis, tak pernah dibuka!

Rumah tahanan suci, aku menyebut rumah ini sebagai rumah tahan suci, lantaran aku, wanita muda yang oleh teman sebayaku sering memanggilku “Iffah”, hampir tidak pernah meninggalkannya, kecuali untuk masalah-masalah kampus atau masalah-masalah lain yang minta segera diselesaikan.

Sesekali menghela nafas panjang. Kuhirup lagi, lalu ku hembuskan. Mimpi ini memaksaku menggoda masalah yang terbang dan hinggap di dinding-dinding tembok. Pagi ini bahkan aku harus membiarkan dapur tanpa asap, membiarkan piring-piring porselen putih peninggalan tuan rumah tetap putih, tak ada bekas nasi. Alasannya sangat klasik; BERHEMAT!!!

Tapi setidaknya aku masih bisa bertahan, mimpi menjadi perawat ini adalah episentrum energy kedua setelah percaya kepada takdir Allah, yang membuatku mampu bertahan. Untukkukah mimpi ini???

Bukan!!! Mimpi ini bukan untukku, tapi mimpi ini milikku dan akan segera kukembalikan pada wanita tua di desa nun di seberang lautan sana. Mimpi ini untuk ibuku, yang rindu melihatku mengalungkan stethoscope di leher lalu ku dengar degup jantungnya.

***
Hujan masih rintik-rintik romantis. Aku berjalan pelan menuju kamar mandi. Dindingnya ku tahu tak indah dipandang lagi, atap-atap sudah berwarna cokelat pudar. Di tiap titik sambungan tripleks, tetesan-tetesan hujan berebut tumpah di lantai-lantainya yang basah. Untuk apa aku ke tempat ini? Ah…aku lupa, pagi ini aku harus kuliah. Jam 8 pagi katanya ada dosen yang mau memberikan materi penting. Tapi bukankah sekarang hujan? Masih hujan. Tidak…! Hari ini harus kuliah! Ku bawa saja cadangan kaos kaki jika nanti kakiku kebasahan.

Usai menyegarkan badan, aku bersiap-siap. Angkutan umum beroda empat itu ku kira akan berlalu, setelah beberapa menit berhenti tepat di depan penantian penumpang. Ternyata prediksiku melenceng jauh beberapa derajat. Bahkan Tuan Sopir merayuku dengan membunyikan klakson “pip-pip” mobilnya, menembus rintik-rintik hujan ini. Ujung jilbabku basah, tapi tak kupedulikan. Ku berjalan sambil sesekali melompat-lompat kecil menghindari lubang-lubang tanah yang menganga dan becek. Sekali lagi, Tuan Supir memencet tombol klaksonnya, tapi tak ku jawab, aku melambai-lambaikan tangan agar ia cepat berlalu, akan ku tunggu saja angkutan berikutnya. Alasan tidak mau menaiki mobil Tuan Supir ini sangat logis, biasanya mereka yang menunggumu dengan manis di depan pemberhentian dengan durasi yang cukup lama, akan melakukan hal yang serupa tatkala kau telah duduk manis di dalamnya, dan kau akan kebosanan menunggu penumpang-penumpang lain, menunggu hingga derai-derai tetesan keringat terjun di tebing-tebing alismu lantaran gerah berdesakan meski masih pagi.

Namun Tuan Sopir lebih kuat merayu ternyata, diklakson-nya lagi mobil tipe Carry itu. Kembali tak ku sahut sebab jarak antara aku dan mobil Tuan Sopir masih beberapa meter lagi, ia tetap ngotot. Beberapa menit menunggu perjalananku usai ternyata tak membuatnya menyerah. Baiklah,,,aku akan menumpangi mobilmu Tuan Sopir!
Mobil ini melaju, menerobos hujan dan tanah-tanah yang berebut tempat dengan aspal. Tiba-tiba mobil ini sekonyong-konyong berhenti. Ssssssrrrrttt…..(ah…aku tak pandai meniru suara-suara makhluk lain selain manusia). Tak kutanya sebab ku tahu, dia, Sang sopir ngotot ini menunggu muatan lagi (benar
kan kataku?). Huftthhhh….aku bosan dengan Tuan Sopir ini, ia seperti superboy saja, pantang menyerah sebelum calon-calon penumpangnya mendekat ke arah mobil lalu dengan santai melempar senyum puas bila mobil betul-betul sesak. Beberapa menit berlalu. Ku lirik jam di ponselku, seperempat jam lagi tepat pukul 08.00. Aku mulai gusar.
Penumpang-penumpang terhormat yang di tunggu sejak tadi menaiki mobil. Lalu senyum berbisa itu tersungging dari wajahnya setelah memaksaku dan penumpang lain yang lebih dulu menumpangi mobil ini menunggu dan menghabiskan menit-menit penting kami.

Mobil ini kembali melaju. Tepat pukul 08.00 aku tiba. Aku sebenarnya baru menginjakkan kaki ke tanah lorong kampus. Aku masih membutuhkan beberapa menit untuk sampai ke sana. Aku mengomel dalam hatiku, takut telat dan tak diizinkan masuk oleh dosen lebih tepatnya. Mula-mula jalanku cepat. Tapi beberapa meter sebelum sampai di gerbang istana milik kaum intelek itu, aku memperlambat irama jalanku. Beberapa sosok yang kulihat di depan sana adalah teman-teman kelasku. Arah jalan mereka jelas menjauhi alias keluar dari kampus. Dan setelah mereka tersenyum simpul, sedikit garang, ditambah kebosanan juga ngantuk, atau senyum-senyum lain yang tak mampu kedefinisikan tersungging, hmm.. tahulah aku, bahwa perkuliahan di pagi hari yang cerah ceria menggemaskan ini, di batalkan!
Oh…
layu kuyu kubalikkan badanku. Setelah berhujan-hujan dan adu urat kemarahan dengan sang Tuan Sopir hanya demi menghadiri perkuliahan yang ternyata dibatalkan karena dosennya sibuk.

Aku kembali memutar otakku. Mulai memasuki dunia utopia yang hanya aku yang tahu. Mulai bersolulokui dengan bayanganku yang berjalan menemaniku “betapa aku lelah mengejar mimpiku”.

Setelah beberapa menit, mungkin 30-an menit, hujan reda, lalu kembali rintik-rintik lagi. Hujan romantis ini mengingatkanku pada Tuan Sopir pagi tadi. Bisakah aku belajar darinya? Sebab aku masih ingin bertahan dengan mimpiku. Mimpi yang akan ku kembalikan pada wanita tua di seberang lautan sana. Ia melihatku dengan alat yang digunakan untuk mendengar denyut jantungnya, yang biasa dikalungkan di leher para dokter atau perawat saat memeriksa pasien...

Aku ingin bertahan selama masih ada jalan menuju mimpi-mimpi itu. Sebab aku ingin merdeka dengan mimpiku tanpa harus banyak mengeluh!

Makassar. 3 April 2011

Emy Gufarni

Profile:

Emy Gufarni.. adalah mahasiswi Semester VIII S1 Keperawatan di STIKES Nani Hasanuddin Makassar, Asal daerah Nusa Tenggara Barat. Aktif sebagai aktivis Dakwah di kampusnya tersebut. Dikalangan Civitas Akademika ia dikenal sebagai mahasiswi berprestasi dengan nilai tertinggi dikelasnya. Semoga semagat juangnya belajar di negeri rantau memberi motivasi untuk kita semua. Amin...

*Notes:

tulisan ini pemenang 1 lomba cerpen BEM STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2011

07 April 2011

Mengurai Trend Jahiliah Abad 21 (Menikah VS Zinah)

Siapakah itu ang sanggup kendalikan hawa nafsu

Seperti kuda liar yang dikekang temali kuat?

Jangan kau berangan dengan maksiat nafsu dikalahkan

Maksiat itu makanan yang bikin nafsu buas dan kejam

(Al-Bushiri)

Puji syukur yang tiada terkira kepada Allah swt yang telah mengatur kisah hidup kita sedemikian rupa.. banyak hal yang tak terduga, tak disangka jauh melampaui pengetahuan kita tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam hidup kita. Yah kita memang hanya bisa merencanakan.. tidak bisa menentukan hasil, karena Allah swt yang paling berhak dan berkuasa untuk menetapkan apa yang menjadi kenyataan karena Dialah yang Maha tahu sedang kita tidak mengetahui, Dialah yang Maha Kuasa sedang kita tidak berkuasa, dan Dialah yang Maha mengetahui perkara yang Ghaib (Takdir).

Hari Ahad 13 Februari 2011 saya harus mewakili Ketua KAMMDA Makassar untuk Membuka Acara Pelantikan sekaligus melantik pengurus baru Service Social Center (SSC) KAMMI Daerah Makasar. Malam hari sebelum hari “H” saya mempersiapkan beberapa draft pelantikan, malam itu saya sudah melukis Rencana saya besok Ahad InsyaAllah pagi pukul 09.00 saya akan berangkat ke Aula Diknas Prop. Sulsel untuk membuka acara dan melantik salah satu Lembaga Semi Otonom (LSO) KAMMDA Makassar, setelah itu, saya akan pulang kerumah untuk menyelesaikan pekerjaan Akademik, Organisasi, dan PR.. lainnya.. itulah rencana awal saya untuk hari ahad tgl 13/02/2011.

Pada saat hari itu tiba, sayapun melantik pengurus SSC KAMMDA Makassar, ternyata tanpa ku duga seorang yang lama tak kulihat Bapak Rusdi Layong, ST (Mantan Ketum KAMMI Daerah Sul-Sel) datang menghadiri acara pelantikan tersebut… sebenarnya beliau tidak bermaksud mengahdiri acara, hanya saja kebetulan mampir dan melihat sejenak kegiatan pelantikan yang dibuat oleh SSC. Setelah pelantikan usai, saya menghampiri bapak Rusdi, seperti biasa senyum khasnya tiap menyambut ikhwa dan kami pun berkomunikasi yang pada akhirnya beliau mengajak saya jalan-jalan untuk menemaninya menuju beberapa tempat…, nah! Ikhwa pembaca sekalian disinilah titik awal dimana Allah swt merubah rencana awal saya tentang aktivitas yang telah saya rencanakan untuk hari ahad, diamana Allah swt memasukkan Rencana-Nya untuk menetapkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi saya di hari itu.

Silaturahim kerumah ust. Surya Darma, Lc

Hujan deras waktu itu tidak menyurutkan langkah kami untuk berkunjung kerumah salah seorang tokoh gerakan dakwah sulsel (bapak Surya Dharma, Lc), dengan berjas hujan dan sebuah motor kami melaju kerumah beliau di bilangan tamalanrea tepatnya pada kompleks perumahan dosen Unhas. Setibanya kami disana kami disambut dengan hangat oleh Ust. Surya, beliau menyuguhkan makanan ringan yang bisa disantap bersama dan kamipun mulai berkomunikasi. Awal pembicaraan kami berdiskusi tentang bisnis,^_^ yah bisnis! Agak rumit untuk menjelaskan kenapa Alumni Lc, ST, & S.Kep berbicara soal bisnis? Xixixi.. alasannya sederhana Ust.surya mengangkat hadist Rasulullah mengenai 10 pintu rejeki bahwa 1 pintu itu ada di pengabdian terhadap pemerintahan, sedangkan 9 lebihnya ada pada perdagangan. Ustat surya melanjutkan bahwa yang 1 itu saat ini menjadi rebutan banyak orang sehingga banyak orang yang pengangguran akibat menggantungkan harapannya pada pintu yang sempit (PNS), lalu melupakan 9 pintu lainnya. Akhirnya beliau menutup bahwa menjadi penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana membuka 9 pintu ini, itulah mengapa kita harus mendiskusikan soal ini ^_^ Mantap!

Pembicaran kemudian berlanjut pada persoalan generasi muda! Ust. Surya mengatakan bahawa belum lama ini ia telahpun menikahkan anak laki-lakinya yang masih muda (18 Th), dengan seorang wanita yang diinginkan oleh anak tersebut. Alasan ust. Surya menikahkan dini anaknya adalah mengenai betapa dahsyatnya ujian yang harus dihadapi generasi muda hari ini terkait pergaulan bebas, ia khawatir jikalau sang anak juga terjerumus pada keluguan muda-mudi hari ini yang mengorbankan kesuciannya dengan alasan coba-coba. Ust surya melanjutkan, coba liat saat ini betapa banyaknya anak-anak kita yang hamil diluar nikah, bahkan sejak SMA perilaku ini sudah menggejala! Seharusnya kita sebagai muharrik dakwah, yang tahu betul mengenai persoalan kesucian dalam agama ini (Islam) tidak menutup mata dan hanya menerima perubahan zaman dengan berkata jangan cepat menikah sebelum mapaN! Kalimat yang sangat indah tapi keliru! Bukankah Rasulullah saw menganjurkan untuk menyegerakan menikah karena itu lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan! Dan jangan karena alasan takut miskin kemudian kita tidak ingin menikah karena pada Allah swt lah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi sungguh Dia Maha Kaya Maha Terpuji. Itulah mengapa ust. Surya menikahkan anakanya segera di usia mudanya, sambil mengenang ust surya bilang saat ingin melamar, anak saya bilang Abi… say ingin menikah abi.. saya sudah tidak tahan! ^_^ saya dan bapak rusdi waktu itu tersenyum sekaligus bangga melihat keberanian sang anak muda yang ingin menyambung hubungan kasih sayang, menghalalkan perasaannya dan menjaga kesucian dirinya. Saat kami silaturahim anak tersebut telah menikah… barakallahu fik.. ya akhi.. barakallah.. barakallah…

Setelah selesai berdiskusi, adzan duhur berkumandang menandakann masuknya waktu shalat. kamipun mohon pamit, Usai shalat tepatnya pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah temapat yang lagi heboh dikunjungi anak-anak muda.. ^_^ tapi kami bukan ingin hura-hura silahkan simak kisah selanjutnya…

Jalan-Jalan di Mall TRANS STUDIO

Awalnya saya heran kenapa kita harus jalan-jalan kesana… ternyata ada event tahunan Bank Muamalat yang kebetulan diadakan di tempat tersebut. Karena bapak rusdi merupakan nasabah bank Muamalat, maka beliau dapat undangan untuk menghadirinya. Saat dalam perjalanan menuju Trans Studio saya sulit membayangkan bagai mana modelnya soalnya sebelum itu saya belum pernah kesana…, saat masuk dilahan parkiran, subehanallah ternyata suasana kemajuan Materi betul-betul terasa sejak diawal gerbang masuknya.. saya hampir tidak habis fikir, tempat yang dulunya merupakan rawa-rawa di pinggiran laut ditimbun lalu dibangun sebuah bangunan yang megah, benar-benar panorama Materi yang menakjubkan mata.

Rasa takjub itu tiba-tiba memudar saat kaki kami melangkah masuk kedalam Mall Trans Studio, aneka suguhan peradaban hedon berlalu lalang dihadapan kami bahkan pada benda-benda mati yang terpajang menghiasi seluruh ruang mall tersebut. Seluruh bentuk kehancuran yang pernah dikatan Rasulullah benar-benar tampak disana… busana wanita yang lebih layak disebut tak berbusana pun sangat kontras terlihat. Hmm *_* bingung ku mengalihkan pandangan, lihat kebawah saya bisa tabrak orang.. atau paling banter jatuh ke sungai buatan yang ada di mall tersebut… -_- melihat kekiri dan kanan sama saja kalau melihat kedepan… semua aurat!, kuteguhkan hatiku untuk menggunakan benteng hijab hati… walau berat, hati diseret-seret sambil mengingat sabda Rasulullah bahwa “tidak ada fitnah yang lebih besar dari pada wanita..” sebuah kenyataan yang harus diakui sekaligus sebuah tantangan untuk menguatkan hati menghadapinya! Satu fikiranku saat itu adalah berusaha membawa fikiran ku keluar dari suasana yang terkondisikan di mall tersebut, mengingat wajah-wajah ikhwa, mengenang perjuangan bersama mereka…, lalu kontraslah bahwa apa yang sedang kami saksikan saat itu adalah wajah baru Jahiliah abad modern!, dan ini juga semakin meneguhkan kesimpulanku tentang apa yang disebutkan oleh ust.surya mengenai alasan menikahkan anaknya di usia dini.

Namun uniknya Bapak rusdi yang bersama saya saat itu tampak biasa aja (santai), beliau tidak terlalu terbebani dengan pemandangan hedonism dihadapannya, itu karena dia mengingat istrinya, saya teringat sabda Rasulullah bahwa “ketika kalian melihat wanita yang menarik perhatian kalian, maka segera pulang ke rumah dan temui istri kalian, karena apa yang ada pada wanita itu juga ada pada istri kalian..” ^_^ hmm begitulah bahwa fitnah wanita akan lebih mudah diatasi oleh orang sudah menikah…

Setelah mengunjungi stand Bank Muamalat kamipun keluar dari mall tersebut, akhirnya bisa keluar juga…hehehe. Dan lucunya kami keluar lewat pintu samping ini mungkin takdir Allah supaya mata kami bisa di scan dengan pemandangan alam laut diluar mall, Maha berbarokah Allah pencipta yang paling baik… Setelah dari mall kami menuju tempat penjualan mainan anak-anak, Bapak rusdi ingin membeli hadiah untuk anaknya yang baru belajar berjalan… bapak rusdi ingin membelikan anaknya mainan yang edukatif dan melatih fisik agar anaknya bisa belajar berjalan. Usai membeli, kamipun keluar dan menuju tempat penjualan tiket transportasi daerah, soalnya hari itu juga bapak rusdi harus pulang ke soroako (sebuah daerah di sul-sel). Dan akhirnya kamipun harus berpisah disebuah mesjid setelah shalat Ashar… Barakallahufik bapak Rusdi. Setelah itu saya singgah dirumah seorang saudara untuk melepas penat setelah aktivitas seharian.

Contoh nyata dari Sauadara !

Saat sampai di rumah seorang saudara, saudara saya itu bercerita tentang telfon yang baru saja diterima dari ayahnya mengenai sepupunya. Sepupunya adalah seorang wanita di sebuah desa di Sul-sel, bunga desa adalah kata yang tepat untuk menggabarkan posisinya di tengah masyarakat desanya saat itu… Allah swt telah menciptkannya dengan fisik yang sempurna… namun karena lingkungan pergaulannya yang buruk, budaya pacaran sejak smp suadah sering ia lakoni membuatnya begitu biasa dengan perilaku yang kebablasan. Akhirnya saat Mahasiswi kisah pacarannya harus berakhir dengan kehamilan di luar nikah sehingga terpaksa menempuh MBA (Married by Accident), dan parahnya sang Pria Accident itu langsung meninggalkannya setelah mereka menikah, soalnya sang pria itu juga memiliki istri yang lain dan tidak mengijinkannya untuk bersama dengannya. Lalu tinggallah sang bunga desa ini dengan kehamilannya… dengan masa depan yang agak kelam, wallahu ta’ala ‘alam apa yang akan terjadi pada dirinya kemudian. Nauzubillahi minzalikh.. summa Nauzubillah..

Saudaraku… telah usai serangkaian kisah yang saya alami di hari Ahad 13 Februari 2011, sebuah kisah yang menampilkan Etalase peristiwa yang saling terhubung satu sama lain. Kata kunci hikmah dari perjalanan ini adalah memperlihatkan kepada kita betapa Dunia hari ini begitu mengandung Fitnah yang besar. Hanya sedikit dari banyaknya “PEMUDA” & “PEMUDI” hari ini yang bisa selamat dari FITNAH hubungan Tanpa status! Alias Pacaran, Alias “Mendekati Zinah.” Fitnah wanita.. yah Fitnah Wanita… mulai di asramah, jalanan, kampus, mall dan semua tempat yang disana ada wanita pasti ada fitnahnya begitu pula para pria yang lugu terhadap dosa yang selalu menyertainya… Ya Rabb kuatakan kami menapaki jalan yang asing ini… wallahu ta’ala ‘alam…

By Andi Yakub [Refleksi trend Jahiliyah abad 21]

03 Januari 2011

KETIKA PAHLAWAN HARUS MEMILIH JALAN CINTA NYA

Suatu saat sebuah momentum besar dalam sejarah kehidupan anak cucu adam, mereka saling kenal mengenal bagaikan sahabat, saling melindungi satu sama lain, saling melengkapi kekurangan, bahkan rela mengorbankan harta dan jiwanya demi saudaranya. Akan tetapi kita juga tidak dapat memungkiri bahwa dalam waktu lain mereka saling menjauh, bahkan saling memerangi satu sama lain. Fenomena demikian lama kelamaan menjadi budaya yang mau tidak mau pasti akan dialami oleh siapa saja, dimana saja, dan dalam keadaan apun. Perang!!! Ya… perang! Kalimat ini lama kelamaan menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar manusia yang dilahirkan dalam keadaan aman sentausa, berbeda dengan saudara-saudara kita yang dilahirkan dalam suasana dimana semuanya menjadi begitu tak berharga, sebuah suasana dimana kita tidak melihat satupun hal yang dapat bertahan lama…sebuah keadaan dimana kita tidak mapu berbuat banyak untuk melindungi orang-orang yang kita cintai bahkan walau hanya sekedar melindungi diri kita sendiri. Orang-orang yang demikian inilah yang memandang kehidupan sebagai sebuah potongan zaman yang menuntut dirinya untuk melakukan tindakan benar.

Dialah seorang pahlawan, ya seorang yang tidak memiliki niat untuk menjadi terkenal namun takdir yang telah memilihnya. Seorang yang dilahirkan oleh sejarah melalui rahim ibu peradaban. Dahulu waktu ia kecil dan mungil, ia selalu berteriak manja pada sang ibu untuk minta di beri Asi, selau berlari-lari kecil dengan tawa bahagia ketika sang ayah pulang dari aktifitas mencari nafkah. Ya… memang jika dilihat sepintas lalu, maka tidak ada perbedaan yang sangat eksplisit antara seorang pahlawan dengan seorang awam(biasa) ataupun seorang pecundang saat mereka masih kecil. Perbedaan mereka akan tampak jelas ketika mereka menghadapi pilihan-pillihan hidup yang kelak akan mewarnai seluruh aktivitas mereka dalam menikmati hidup dan kehidupan yang telah diciptakan oleh Allah Azza Wajallah.

Setiap kali seorang pahlawan harus memilih mengenai kebahagian abadi atau sekedar kebahagiaan yang semu. Definisi itu ia rangkumkan dalam sebuah frame berfikir yang ia sandarkan kepada-Nya, terkadang ia keliru namun kekeliruan bukanlah hal yang membuat ia menjadi lugu untuk menerima kesalahan sebagai sebuah kebenaran. Ia meyakini bahwa seluruh alam semesta yang di lihat dan dirasakan bahkan dirinya sendiri merupakan bagian dari kesatuan system yang sangat harmonis dan seimbang. Keharmonisan dan keseimbangan inilah yang telah mengajarkan kepada dirinya bahwa segala seuatunya tidak ada dengan sendirinya, melainkan ada sesuatu yang telah menciptakannya. Pencipta…ya “pencipta” dari sang pencipta inilah ia belajar tantang dari mana ia berasal, apa yang menjadi kelebihannya, apa yang menjadi tugas hidupnya, dan apa yang akan kelak ia dapatkan setelah usai tugas-tugas itu, serta resiko apa yang kelak akan ia terima jika ia mengabaikan sang “Pencipta.”

Akhirnya sang pahlawanpun telah tumbuh dewasa. Dan ia bersiap untuk memilih jalan yang kelak akan merubah segalanya dalam hidupnya. Ketika negerinya tengah terancam oleh serangan sebuah imperium jahiliah yang bringas dan dzholim dan telah menjajah negerinya sejak ia kecil. Kumandang perang pun telah berkobar! akhirnya sang pahlawan pun pergi menemui ibunya untuk meminta izin kiranya ibunya memberiakan sebuah jawaban yang akan mendukung keputusannya. Saat itu ibunya hanya tersenyum, mungkin ia tidak habis fikir bahwa si mungil lucu dan manja itu kini berdiri tegap dihadapannya, ia telah semakin dewasa dan tampan. Sang ibupun berkata…

“anakku kau bisa tidak ikut berperang, dengan begitu kelak engkau akan punya istri cantik dan anak yang banyak, dan rumah serta perkebunan yang indah, lalu namamu tertulis indah didalam hati anak-anakmu, namun ketahuilah anakku… bahwa ketika generasi selanjutnya dari anakmu melahirkan cucumu, maka namamupun lambat laun akan segera lenyap dan engkaupun pergi tanpa meninggalkan bekas sama sekali. Akan tetapi anakku jika engkau pergi berperang melawan imperium yang zhalim itu, maka kelak namamu akan terukir indah didalam sejarah dan abadi sepanjang masa…”, setelah itu sang ibu pun memegang kedua pipi sang anak, ibupun kembali melanjutkan perkataannya dengan mata yang berkac-kaca “anakku…jika engkau pergi, maka engaku mungkin tidak akan kembali…” dan sang ibu memeluk anaknya. Sang pahlawanpun akhirnya lahir dalam sebuah pilihan hidup yang benar-benar merubah arah hidupnya. Dan ia bahagia bahwa ternyata kasih sayang ibunya dahulu telah mendidik dirinya akan keberanian dalam membela kebenaran, walaupun sebenarnya tertulis dalam sejarah bukanlah ambisi yan ia inginkan, akan tetapi yang ia inginkan adalah agar kelak di akhirat nanti ia dimasukkan dalam kafilah syuhada….dalam barisan yang terhormat… itulah jalan cinta seorang pahawan! Allahuakhbar.

By Andi Yakub Abdullah [refleksi pilihan cinta ku]