13 April 2011

ANTARA AKU,DIA,DAN VIRUS

“Hey kamu..!!! Tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara lantang yang sentak mengheningkan suasana diruangan itu, semua mata tertuju padanya tuk memastikan siapa sebenarnya yang dipanggilnya, ”Saya bu’..? diantara kerumunan mahasiswa yang berdesak-desakan, kuajukan diri, karna memang aku merasa bahwa tatapan tersebut tertuju padaku. “ Yaah kamu yang berjilbab, kemari !!! sekali lagi dia berteriak , namun kali ini teriakannya lebih kencang dari sebelumnya, Dia memanggilku dengan tatapan sinis penuh kebencian,:”Ouwh..kamu membangkang juga ya?ini adalah peringatan saya untuk kesekian kalinya, Apa perlu saya seret kamu kehadapan direktur yayasan,agar kamu mau mendengar? Jangan sekali-kali kamu mencoba untuk menjadi virus bagi mahasiswa yang lain, Camkan itu!!!” Tanpa memberikanku kesempatan untuk membela diri,dia berlalu begitu saja meninggalkanku yang sedari tadi hanya bisa diam tak berkutik. Namun kata-kata terakhir yang diucapkannya bahwa Aku virus ??sehina itukah diriku dihadapannya? Astaghfirullahul’azhim..tegarkan hamba”

***

Aku geram, entah ingin kuluapkan amarah kepada siapa,setelah mendengarkan cerita dari ukhti nanda akan kejadian yang dialaminya siang tadi, hati ini miris,sangat sakit, serasa puluhan belati beracun menikam tepat sasaran kejantung ulu hatiku, aku menangis. Mengapa harus kami yang selalu mendapatkan perlakuan seperti ini, mengapa musti kami.? Apa karena kami memakai rok berbalutkan jilbab yang kami anggap aman untuk menutupi aurat kami, ataukah karena kami mahasiswa program diploma yang mana pakaian seragam ditentukan oleh peraturan institusi berbeda dengan mahasiswa yang memilih program s1, Apa bedanya kami dengan mahasiswa yang lain, bukankah pada saat orientasi maba (mahasiswa baru) kami selalu diperingatkan untuk senantiasa berpakaian sopan dan tidak ketat, sungguh..kata-kata mereka yang terucap tak senada dengan mataku yang mengungkap. Kenapa ??? entah sampai kapan mereka sudi meluangkan waktu untuk menjawab dan menjelaskannya.

“Sabar ukht..!” kucoba untuk menenangkan ukhti nanda yang sedari tadi menangis tak henti-hentinya. “InsyaAllah..yakin dan percaya janji Allah itu pasti, mungkin harus dengan keadaan seperti ini skenario yang harus kita jalani, toh..lama kelamaan mereka juga akan bosan, “ sedikit kuselipkan gurauan, diapun tersenyum.

***

Dia , adalah gadis jilbaber yang kukenal beberapa bulan terakhir ini, kami seangkatan, namun berbeda jurusan, kami selalu dipertemukan disetiap kegiatan-kegiatan lembaga dakwah kampus yang menjadikan kami sudah sangat akrab layaknya saudara. Banyak hal yang kukagumi darinya, lembut tutur suaranya, tata krama serta tindak tanduk pergaulannya, jiwa juangnya dalam mempertahankan keistiqomahannya, serta ketegarannya dalam menghadapi kecaman dari mahkamah institusi. Subhanallah..jarang kutemui gadis sepertinya.

Sedangkan aku.., aku yang terlahir ditengah keluarga pesantren, nyantri selama 6 tahun disebuah pondok penghafalan Qur’an, balaghoh,mustholah hadist,ulumul qur’an,tafsir dan ushul fiqh adalah beberapa pelajaran yang hampir tiap hari kutemui, belum lagi pengabdianku setahun mengajar santriwati. 7 tahun bukan waktu yang singkat,namun berlalu begitu saja tanpa ada perubahan attitude dalam diriku, yahh.. begitu-begitu saja dan saat ini hanya menyisakan penyesalan yang tak berujung dalam kehidupanku. Andai saat itu kumanfaatkan waktu,kesempatan yang ada, memaximalkan setiap potensi serta pelajaran dengan sebaik-baiknya tidak akan seperti ini akhirnya, hemm.. tapi pada dasarnya kutak perlu dan tidak ada guna untuk berandai-andai, karena seribu andaianpun takkan pernah cukup untuk membuktikan satu fakta.

Namun satu hal yang pasti,sungguh aku salut terhadapnya, bersahabat dengannya memberikan motivasi tersendiri dalam menjalani keseharianku, selalu ada kesejukan disetiap kata yang terlontar dari ucapannya, tak dapat kupungkiri bahwa perubahanku selama ini adalah berkat bantuannya, Jazakillah ukhty...

***

Pada hari Rabu, 23 februari 2011 Kusambut mentari pagi dengan pasti, dengan ketentuan ini, atas garis keputusan ini, kumulai untuk berpikir lebih dini,. Aku berani mengambil keputusan ini meski masih dibayang-bayangi kekhawatiran akan kecaman institusi, tetapi aku tidak bisa berdiam diri begitu saja menyaksikan saudariku diperlakukan seperti ini, lebih baik aku memilih tantangan ini untuk menjadi seorang pemenang, daripada memilih merasa aman dan nyaman menjadi seorang pecundang, kami akan berjuang bersama..yahh berjuang bersama.
Kumantapkan langkah kaki menuju kampus,melewati parkiran, menyusuri koridor-koridornya, end then masuk keruangan,namun sejak kumasuki ruangan kumerasa ada tatapan sepasang bola mata yang sedari tadi memperhatikanku,melihat perubahan kostum yang kukenakan hari ini, tiba-tiba dia nyeletuk :”Ciee..cieehh..ada yang insaf niyee!!! Emangnya gak takut jeng dicap sebagai virus kampus??? “ kata-kata ketusnya menggemaskan kepalan tanganku saja, “Astaghfirullah..!” kuberusaha menenangkan diri. “VIRUS..??? hahah..I PROUD BE VIRUS..,setidaknya sebagai virus yang akan menggeroroti kebatilan yang membudidaya ini. Insyaallah ..i will do it.” Gumamku lirih dalam hati.

“Allohumma arinal haqqo haqqo, warzuqnattibaa’ah, wa arinal baathila baathila, warzuqnattinaabah”, (Yaa Rabb..tunjukkanlah bahwa yang benar itu adalah benar, dan berilah kami kesanggupan untuk senantiasa mengikutinya, dan tunjukkanlah bahwa yang salah itu adalah salah dan berilah kami kesanggupan untuk menjauhinya) amiinnn...


By Khaerunnisa El Said

Profile: Kharunnisa El Said, adalah Aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) An-Nahl STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan ini adalah alumnus Pesanteren di Bone. Keinginannya untuk mendalami Ilmu Kebidanan Membuatnya harus ekspansi keluar dari Confort Zone (Pesantren) menuju dunia Luar yang sangat Asing. Dunia dimana kampusnya tidak mengizinkannya untuk berbusana musllimah yang syar'i... Semoga kelak ALLAH kelak merubah kampus tersebut menjadi Islami melalui aktivitas aktivis Dakwah disana Amien.. *Notes: Tulisan ini pemenang 3 Lomba Cerpen BEM STIKES NHM 2011

1 komentar:

jangan mati kecuali dalam keadaan beriman
jangan keluar sebelum menulis komentar, he..he..