23 Desember 2010

ETALASE KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM

Geliat aktivis Dakwah baik dikampus, sampai gerakan dakwah nasional dan internasional semakin meyakinkan kita dengan satu hal. Bahwa kebangkitan adalah keniscayaan. Fitrah Islam sejak di sempurnakan oleh Allah adalah kemenangan. Bahwa Allah swt telahpun berjanji kelak akan menjadikan kaum muslimin sebagai sang pemimpin peradaban. Berdiri gagah diatas puing-puing peradaban kejahiliaan. Tak sedikitpun ada raut kesombongan dalam kemenagan itu. Karena mereka meyakini bahwa kemenangan adalah pemberian Allah Azza Wajallah… sang pemilik segala sesuatu. Allah swt berfirman mengenai kado peradaban itu di dalam Al-Qur’an

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur: 55)

Alam semesta menjadi saksi bisu tentang sebuah kerinduan yang terpendam sejak berabad-abad, sebuah mimpi yang terwariskan dari generasi ke generasi melalui ikatan mata rantai kenabian. Bahwa keberkahan dari langit dan bumi hanya akan terjadi ketika penduduk suatu Negeri! Beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Setiap saat ketika keheningan malam menyelimuti bumi terlihat alam semesta yang tetap hidup dan bertasbih kepad Tuhan-nya… tiada pernah letih dan mengeluh dalam pendaman rindu “adakah kiranya generasi itu kembali,” ya! Generasi yang dalam kurun waktu dahulu pernah memakmurkan bumi dengan cahaya keimanan yang membentang dari cordoba (sepanyol, Portugal) sampai ke asia tenggara (Indonesia), mewarnai tiga benua Eropa, Asia, dan Afrika. Saat itu adalah pertama kalinya konsepsi Islam merealitas ke dunia. Sebuah idealisme kehidupan yang benar-benar hidup di belantara peradaban. Yang mebuat Imperium Romawi dan Persia menggulung tikar teritorialnya dari muka bumi.

Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Fath: 21)

Suatu tanggung jawab sejarah bagi generasi hari ini untuk kembali membebaskan daerah-daerah penakhlukkan, lalu melanjutkan pembebasan negeri-negeri lain yang belum tersentuh. Janji Allah swt dalam surat Al-fath bukanlah sebuah utophia melainkan sebuah panggilan tegas dari Rabb bahwa pemuda muslim sangat sia-sia hidupnya jika mereka mengabaikan panggilan kemuliaan ini sebagai mana panggilan kemuliaan yang pernah ditolak mentah-mentah oleh bani Israel kepada Musa as saat Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewarisi palestina, sebagaimana disitir dalam selentingan ayat Al-Qur’an:

Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." (QS. Al-Maidah: 24)

Berbeda sekali dengan seorang Muhammad Al-Fatih yang saat mendengar sabda Rasulullah saw tentang pembebasan konstantinopel

Konstantinopel akan ditaklukkan ditangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah poemimpin yang membebaskannya & sebaik baik tentara adalah tentaranya (HR. Ahmad)

Yang langsung disambut olehnya dengan belajar ilmu keislaman dan kemiliteran, dan diikuti dengan seringnya ia berdoa kepada Allah dengan penuh harapan dan usaha “Ya Allah berikan aku kesempatan, jika bukan menjadi pemimpinnya maka jadikanlah aku sebagai perajuritnya yang setia” Allhuakhbar dikisahkan saat penakhlukkan Muhammad Al-Fatih bersama prajuritnya mengangkat kapal-kapal perang mereka yang berisi amunisi-amunisi untuk melintasi sebuah gunung besar dalam waktu 1 malam, hal ini dikarenakan sulitnya menembus blockade lautan Konstantin yang di halangi oleh rantai besar. Hingga akhirnya mereka menyerang dari dua arah yaitu laut dan darat sampai kemudian konstantinpun di takhlukkan.

Pemuda hari ini harus belajar banyak mengenai sejarah agar tidak menjadi generasi yang lupa, yah generasi yang melupakan tanggung jawab sejarah pembebasan manusia dari kejahiliaan menuju cahaya yang terang (Islam). Berkaca pada Rasulullah saw dan sahabat saat mereka membebaskan madinah dengan mendirikan daulah islamiyah, menerapkan syariatnya, dan melakukan pembebasan-pembebasan. Rasulullah saw dalam 10 tahun pertama kenabian, beliau melakukan persatuan nilai-nilai akidah dan ibadah dalam jiwa-jiwa individu muslim sehingga mereka siap untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah swt. Lalu kemudian pada 10 tahun kedua Rasulullah saw membangun daulah islamiyah dengan satu persatu perangkat-perangkat kenegaraan sehingga memberikan perlindungan bagi tumbuh besarnya masyarakat islam tanpa intervensi kejahiliaan. Baru setelah itu melakukan ekspansi-ekspansi dakwah mulai dari penakhlukkan mekkah, lalu Persia, Romawi hingga menguasai 3 benua [asia, eropa, afrika].

Belajar dari siroh nabawi, Konsep perubahan dalam islam harus melalui tiga tahapan besar:

  1. Tahapan Instalasi syahadatain dalam system kemanusiaan (Individu, keluarga, masyarakat) menuju masyarakat Robbani. Hasilnya akan melahirkan sebuah komunitas baru yang benar-benar berbeda dengan komunitas disekelilingnya, letak perbedaan itu adalah ideologi yang menjadi perinsip hidupnya. Komunitas baru ini tidak menutup diri dari lingkungannya, melainkan menjadi cahaya yang menerangi lingkungannya, ini dikarenakan mereka senantiasa menyeru kepada kebenaran dan mencegah dari pada kemungkaran. Komunitas ini diberi nama oleh Allah swt dengan sebutan rabbani.
  2. Tahapan konstiusi dan Negara, masyarakat rabbani tidak akan lestari jika berada dalam kepemimpinan jahiliah. Masyarakat rabbani memiliki aturan (konstitusi) kehidupannya sendiri yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan konstitusi jahiliah. Masyarakat Rabbani dalam pengertian tafsir At-Thabari adalah manusia-manusia yang memahami Islam dan menguasai ilmu agama yang dengannya ia memiliki perhatian terhadap urusan kemanusiaan (sense of politik), dan memasukkan Islam kedalam ruh manajemen Negara yang selalu menjalankan urusan rakyat dan segala hal yang membawa kemaslahatan bagi mereka, baik dalam kehidupan dunia mereka apalagi kehidupan beragama. Sehingga masyarakat rabbani membutuhkan Negara yang rabbani.
  3. Tahapan benturan peradaban, menjadi keniscayaan bahwa pertarungan Al-Haq dan Al-Batil akan terus terjadi sebagai sebuah pertarungan yang abadi selama dunia ini ada. Kemunculan generasi robbani dalam bentuk konstitusi dan negaranya merupakan ancaman bagi para pengusung kejahiliaan. Karena kehadiran generasi robbani di pentas kehidupan bukanlah hanya bermanfaat bagi komunitas manusia muslim saja, akan tetapi untuk seluruh dunia. Islam pada akhirnya harus memakmurkan bumi. Penakhlukkan-penakhlukkan menjadi budaya bagi dakwah islam, penakhlukkan bukan berarti pembunuhan, penjarahan, penindasan, ataupun keburukan sejenisnya, akan tetapi penakhlukkan dalam islam berkonotasi kepada pembebasan ummat manusia dari belenggu kejahiliaan dan memperluas wilayah untuk melakukan kebaikan.

Demikian lah bahwa seluruh peristiwa yang menyejarah dalam peradaban Islam adalah merupakan etalase kebangkitan islam yang seharusnya tidak hanya penjadi tontonan yang melahirkan kebanggaan lalu berhenti kepada kepuasan utopia semata. Melainkan harus bertransformasi kedalam realitas perjuangan yang tak mengenal batas akhir. Rindu kiranya hati ini kepada sosok bersahaja penuh kualitas seperti Khalifah Umar bin khattab yang melakukan ronda tengah malam hanya untuk menyaksikan keadaan masyarakatnya yang dia khawatirkan berada dalam kesulitan, sosok Khalifah abu bakar assiddiq mengenai penerapan hukum-hukum islam, sosok khalifah umar bin abdul aziz dalam meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin yang sebelum kepemimpinannya kaum muslimin banyak menjadi pengemis lalu dalam tahun pertama kepemimpinannya orang yang tadinya peminta-minta menjadi pemberi-pemberi sedekah, bahkah seluruh budak dimerdekakan. Allahuakhbar! Menulis semua manusia-manusia unik itu tidak akan cukup dengan lembaran catatan ini. Mereka para generasi awal (salafusshaleh) merupakan contoh hidup yang telah mewarnai etalase kebangkitan Islam. Ini sudah cukup sebagai bukti bahwa kaum muslimin hari ini benar-benar behutang! Yah sebuah tanggung jawab sejarah yang harus dibayar, yaitu melanjutkan risalah kenabian. Melakukan pembebasan-pembebasan mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, Negara, peradaban, hingga akhirnya Islam menjadi ustadziyatun lil’alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam). Tidak hanya manusia yang akan merasakan kehadirannya, akan tetapi seluruh alam semesta. Wallahu ‘alam bisshowab.


Oleh:

Andi Yakub Abdullah