Sejak awal juni tepatnya tanggal 8 juni 2009, saya bersama teman-teman Ikhwan (laki-laki) yang KKN di daerah bantimurung bersama-sama melakukan shalat berjamaa’h di mesjid Nurul muttaqien. Semua tampak biasa namun ada satu hal yang unik dan selalu menggelitik perasaan saya kala itu…
sebuah sepeda tua yang terparkir rapi didepan mesjid tiap kali waktu shalat masuk. Mulanya saya berfikir bahwa sepeda tua itu adalah milik anak-anak comel kelurahan kalabbireng yang dipaksa shalat oleh orang tuanya he..he..,
Kebetulan setiap selesai shalat ashar disana selalu diadakan pengajian TPA yang memang di hususkan untuk anak-anak. Namun interpretasi saya yang pertama ini buyar seketika saat melihat anak-anak tersebut pulang denga ria sembari berlari dengan kaki-kaki mungil mereka, ternyata mereka tidak menggunakan sepeda tua itu. Harapan ku tentang kebenaran persangkaan tadi tidak serta merta hilang karena masih ada seorang anak lagi yang masih mengaji sendirian didalam mesjid, yah aku berharap dialah yang akan membuktikan kebenaran dari hipotesis ku tentang anak kecil dengan sepeda tuanya. Keadaan ini di sambut sinis dengan seorang teman ku yang beceloteh dengan mengatakan jika memang benar anak yang tinggal sebatang kara didalam mesjid itu adalah pemilik sah dari sepeda tua ini maka dia layak digelar sebagai “bayi tua”, hm… aku sontak kaget dan tergelak tawa, sungguh konyol bahasa sohibku yang satu ini.
Akhirnya waktu itu pun tiba, saat-saat menegangkan menunggu jawaban dari hal yang sebenarnya sangat spele namun cukup menggelitik hati. Akhirnya anak tersebut pun keluar sembari mencocokkan sandal dengan kaki kecilnya iapun menuju tempat parkir sepeda tua yang penuh misteri itu. Jantungku terhenti sejanak ketika ia menyentuh sepeda tua itu, tapi… ternyata ia hanya ingin memindahkannya. Setelah sepeda tua itu terpindahkan, tampak olehku sebuah sepeda kecil disampingnya, saat itu tahulah aku bahwa anak tersebut bukan pula pemilik sepeda tua, akan tetapi ia adalah pemilik sepeda muda yang terparkir disampingnya.
Jawabannya belum ku temukan, aku harus pulang dengan penuh rasa penasaran. Sembari bertanya-tanya akankah aku dapat mengetahui siapa pemilik sepeda itu. Aku yakin kesabaran akan menuntunku untuk mengetahuinya, sebab setahu saya “kesabaran yang lama pasti akan beroleh kebahagiaan yang sempurna” siang berganti malam, malam berganti siang dan begitu seterusnya. Akhirnya pada suatu subuh yang teduh, saat-saat lantunan indah azan subuh di kumandangkan aku berkemas untuk persiapan shalat berjama’ah subuh di masjid Nurul Muttaqien. Dipertengahan jalan dengan menggunakan motor aku terkagetkan dengan sesosok orang tua dengan sepeda tuanya berada tepat didepan ku saat berada di jalan raya. Motorku yang tadinya meelaju bak motor GP Valentino Rossi tiba-tiba kuperlambat selambat onta yang kelaparan he..he..he.., hanya karena satu hal, yah karena satu hal… aku telahpun menemukan jawabannya…ternyata sepeda tua itu adalah kepunyaan seorang kakek tua yang setiap Azan dikumandangkan ia dengan penuh semangat mengayuh sepedanya untuk shalat berjamaa’ah di masjid.
SubahanaLLah… hati ku hanyaut tergetar, rasa haru menyapaku dalam sunyi dingin disubuh itu. Sepeda tua itu memiliki arti tersendiri bagiku mulai saat itu. Bukan karena sepeda tuanya, akan tetapi karena pemilik dari sepeda tua itu yang memiliki hati yang dipenuhi rasa “cinta”, yah… rasa cinta yang mekar didalam dadanya yang telah keriput ditelan masa… rasa cinta yang membuat tulangnya yang rapuh mampu mengayuh sepeda dengan penuh energi… rasa cinta yang membuatnya tetaap taat beribadah di usianya yang senja… rasa cinta yang membuat usia tuanya memiliki jiwa muda…, yah… rasa cinta pada Allah rabbul Izzati yang maha mencintai, dan tiada putus cintanya.
Mulai saat itu aku mengalami perenungan yang panjang, ada pertanyaan yang berbisik malu dalam dada muda ku… “akhi apakah antum kelak bisa istiqomah seperti orang tua itu?” tiba-tiba aliran darah mudaku deras mengalir di jantung dan sangat terasa… ya Rabb semoga engkau menguatkan pundakku untuk memikul amanah kehidupan yang engkau berikan, dan menguatkan kakiku untuk berjalan dijalan panjang hidup yang disertai onak duri dengan tetap dalam keimanan dan ketaqwaan kepada-Mu selama-lamanya.
Allah SWT berfirman yag artinya:
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid: 21)
Saudaraku suatu saat nanti ada hari dimana kita akan meninggalkan dunia untuk selama-lamanya, tidak ada seorangpun yang mengingkari kemaatian akan menjemputnya, baik dalam keadaan rela ataupun terpaksa, dalam keadaan siap ataupun tidak. Yang menjadi titik perhatian kita sesungguhnya bukanlah pada apakah kita panjang umur ataupun tidak, yang menjadi perhatian kita seharusnya adalah bagaimana kita memanfaatkan waktu singkat kehidupan ini agar kelak nantinya kita mengalami apa yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): "Pada hari Ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar".(QS. Al-Hadid: 12)
Allah SWT telah memberikan kita kata kunci yang dengannya kita memiliki mindset berfikir yang benar tenatang apakah dunia yang sesungguhnya. Sehingga keetika kita memiliki cara berfikir seperti yang telah di gariskan oleh Allah maka jadilah kita manusia-manusia yang paling tahu bagai mana hidup yang seharusnya. Saya mengajak saudara untuk mentadaburi dengan tenang firman Allah SWT berikut ini yang Artinya:
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid: 20)
Oh… ya Rab kuatkan hati kami.. agar terbebas dari tirani dunia yang menipu menuju cahaya_Mu yang tiada pernah padam, dan terangilah dengan cahaya itu jalan kami menuju jalan yang lurus, yang kelak akan mengantarkan kami kepada keridhaan_Mu…
Semoga…
By Andi Yakub (Refleksi Usia ku untuk apa)